Laman

Kamis, 07 Juli 2011

BETELGEUSE

Sekilas data tentang α Orionis.

Betelgeuse, atau α Orionis, adalah bintang tercerah di konstelasi Orion, meski sebenarnya bintang ini lebih redup dari β Orionis, Rigel. Betelgeuse merupakan bintang maha raksasa (supergiant) bertipe M (bintang paling merah, bersuhu 3.200-2.100 derajat Celcius). Bintang ini bertipe M karena telah melewati fase utama dan menghabiskan hampir semua energinya. Bintang yang telah melewati fase utama akan memiliki proporsionalitas antara ukuran dan massanya, termasuk luminositasnya (luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan bintang per detik). Matahari pun telah melewati fase utama.

Posisi Betelgeuse di Orion
Betelgeuse
Dengan penghitungan modern, Betelgeuse berjarak sekitar 430 tahun cahaya dari Bumi. Sedangkan dengan paralaks, jarak supergiant ini adalah 640 tahun cahaya. Betelgeuse merupakan satu dari dua supergiant bermagnitudo besar (bintang lainnya adalah Antares, atau α Scorpii – bintang terterang di konstelasi Scorpius). Magnitudo semu Betelgeuse bervariasi antara 0,3-1,1. Magnitudo yang berubah-ubah inilah yang membuat Betelgeuse dijadikan bintang alpha meski lebih redup dari Rigel. Sedangkan magnitudo mutlaknya adalah -5,14.

[Note: Kecerahan suatu bintang diukur dengan magnitudo. Ada dua magnitudo; magnitudo semu dan magnitudo mutlak. Magnitudo semu adalah tingkat kecerahan bintang saat dilihat dari Bumi, sedangkan magnitudo mutlak adalah tingkat kecerahan bintang yang sebenarnya. Sebagai contoh, benda langit yang mempunyai magnitudo semu paling tinggi saat malam adalah Bulan, dan saat siang adalah Matahari. Makin kecil nilai magnitudo suatu objek, makin terang objek tersebut.]

Ukuran bintang supergiant ini lebih dari 1000 kali ukuran Matahari, dan 100000 kali lebih terang. Ukuran Betelgeuse hampir sama dengan luas orbit Jupiter mengelilingi Matahari, atau sekitar 4,5 kali lebih besar dari orbit Bumi mengelilingi Matahari. Artinya, jika Betelgeuse merupakan pusat Tata Surya kita, bintang ini akan “melahap” semua planet hingga Jupiter. Namun, massa Betelgeuse hanya 20 kali massa Matahari dan suhu permukaannya pun “kalah” dari suhu permukaan Matahari. Suhu permukaan Betelgeuse sekitar 3.300˚ C, sedangkan permukaan Matahari bersuhu 5.500˚ C.

Alpha Orionis 
Cahaya yang dipancarkan Betelgeuse kebanyakan berupa infrared. Dalam perkembangannya, bintang ini kemungkinan sebelumnya jauh lebih besar dan telah kehilangan banyak massa saat mencapai fase utama (mungkin lebih dari setengahnya) dalam bentuk angin bintang.

Nama Betelgeuse merupakan nama perubahan yang diambil dari bahasa Arab, “yad al jauza”, yang berarti “tangan al-jauza”.

Sekarang, telah banyak diketahui ada banyak bintang semassif Betelgeuse, dan mungkin bintang-bintang tersebut pun semassif Betelgeuse saat α Orionis ini mencapai fase utama. Dari sekitar 100 milyar bintang di Bima Sakti, diperkirakan 1% memiliki massa fase utama 30 kali lebih besar dari massa Matahari, dan mungkin Betelgeuse pun termasuk kelompok 1% ini. Perkiraan kasarnya adalah, bintang-bintang seperti itu menghabiskan 1% massa hidupnya sebagai supergiant, dan berarti ada sekitar 10.000.000 bintang mirip Betelgeuse di galaksi kita.

Ada beberapa bintang sebesar Betelgeuse yang bisa dilihat dengan mata telanjang, termasuk Betelgeuse sendiri. Contoh lainnya adalah Mira, di konstelasi Cetus. Mira, bintang menakjubkan yang mempunyai dan menyerupai “komet” raksasa, mungkin lebih besar dari Betelgeuse, sebegitu besarnya sehingga diperkirakan lapisan luar bintang tersebut juga menyatu karena gravitasi. Mira diyakini melepaskan lapisan luarnya, mungkin dalam jumlah banyak karena lemahnya gravitasi. Bintang termassif yang sejauh ini diketahui adalah η Carinae (bintang tercerah ke tujuh di konstelasi Carina), yang massanya 150 kali massa Matahari saat terbentuk, dan sekarang diperkirakan bermassa 50-60 kali massa Matahari. Pada 1830an, η Carinae meledak dan menjadi objek sangat terang yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Saat meledak, bintang ini memancarkan gas dengan massa yang diperkirakan sama dengan massa Matahari.

Mira
"Ekor" Mira
Eta Carinae
Betelgeuse dikelilingi nebula terang dan kompleks. Gambar yang diambil dengan Very Large Telescope (VLT) milik ESO (European Southern Observatory) ini menunjukkan nebula ini menyerupai api yang memancar dari Betelgeuse, yang membentuk “monster raksasa” yang menumpahkan materinya ke ruang angkasa. Nebula yang lebih besar dari bintangnya ini membentang hingga 60 milyar kilometer dari permukaan bintang – sekitar 400 kali jarak Bumi-Matahari, hampir seluas Tata Surya kita.

Nebula Betelgeuse
Bintang merah supergiant seperti Betelgeuse merupakan bintang yang sedang dalam fase-fase terakhir bintang raksasa. Dalam fase yang pendek ini, ukuran bintang akan membesar, dan mengeluarkan materi ke ruang angkasa dalam jumlah sangat banyak – Betelgeuse mengeluarkan materi sangat banyak (hampir sama dengan massa Matahari) hanya dalam 10.000 tahun.

Proses pelepasan materi dari bintang supergiant seperti Betelgeuse menunjukkan dua fenomena. Pertama, terbentuknya lapisan gas raksasa (meskipun lebih kecil dari nebula Betelgeuse) yang membentang ke ruang angkasa dari permukaan bintang. Fenomena ke dua terjadi di balik keluarnya lapisan gas tersebut, yaitu gerakan naik turun gelembung raksasa yang kuat dalam atmosfer Betelgeuse – mirip gerakan air mendidih dalam panci.

Proses Pelepasan Materi [ilustrasi]
Lapisan gas yang terlihat dengan bintang ini diperkirakan berhubungan dengan struktur luar nebula. Nebulanya sendiri tidak bisa dilihat dalam cahaya tampak karena “tertutup” cahaya Betelgeuse. Bentuk materi yang tidak simetris dan tidak beraturan ini menandakan bahwa Betelgeuse tidak melepaskan materinya secara simetris. Nebula yang tampak mengelompok mungkin disebabkan gelembung materi bintang dan lapisan gas raksasa yang dihasilkan.

Sebagian besar materi yang dikeluarkan Betelgeuse berupa debu silikat dan alumina. Materi ini adalah materi sama yang membentuk sebagian besar kerak Bumi dan planet berbatu lainnya. Dahulu kala, silikat Bumi terbentuk dalam bintang massif mirip Betelgeuse (yang sekarang sudah “langka”).

Di awal “kehidupan”nya sekitar 10 juta tahun yang lalu, Betelgeuse merupakan bintang biru, panas, dan bertipe O. Pada akhirnya, bintang ini menyatukan neon, magnesium, sodium, dan silikon, menjadi besi. Intinya kemudian akan hancur, menyebabkan bintang ini menjadi supernova. Saat itu terjadi, Betelgeuse akan terlihat sangat terang seperti Bulan purnama.

Usia Betelgeuse hanya tinggal beberapa juta tahun lagi, dan saat kehabisan energi, bintang supergiant ini akan mengalami supernova. Saat ini terjadi, supernova bisa dilihat dengan mudah dari Bumi, bahkan di siang bolong.

Betelgeuse sempat “digosipkan” telah meledak, dan akibatnya Bumi akan mempunyai dua Matahari saat cahaya supernova supergiant ini mencapai Bumi. Namun, belum ada bukti ilmiah tentang supernova tersebut. Dan juga, supernova Betelgeuse tidak akan tampak sebesar Matahari dari Bumi. Meski, bila telah meledak, berarti cahaya supernova yang akan kita lihat adalah cahaya supernova 430 tahun yang lalu. Atau, bila Betelgeuse meledak tahun ini, maka manusia di Bumi bisa menyaksikannya 430 tahun kemudian.


Thanks for reading ^_^

Sumber:
buku The Astronomy Handbook: Guide to The Night Sky, 2005, karya Clare Gibson.

PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar