[relaksasi dulu]
HARGA BURUNG MAHAL
Seorang laki-laki melewati toko burung dan memerhatikan burung yang sedang “bernyanyi”. Karena tertarik, lelaki itu kemudian mendekati si tukang burung.
“Berapa harga burung ini, Pak?” tanyanya sambil menunjuk burung yang sedang bernyanyi merdu.
“Yang ini harganya satu juta, Pak,” jawab si tukang burung.
Laki-laki itu kemudian memerhatikan burung yang diam saja di belakang burung bernyanyi itu. Burung pendiam itu juga rupanya menarik perhatian si calon pembeli.
“Kalau yang itu berapa, Pak? Yang diam saja itu,” tanya si lelaki.
“Kalau yang diam saja itu,” jawab si tukang burung, “harganya 2 juta, Pak.”
Si laki-laki kaget.
“Lho kok, yang bernyanyi merdu itu sejuta, tapi yang diam saja itu 2 juta. Kok lebih mahal?”
“Oh, burung yang diam saja itu kan pencipta lagunya, Pak,” jawab si tukang burung dengan enteng.
JAM DINDING NERAKA [fiktif belaka ^_^]
Ada serombongan manusia yang sedang menunggu masuk ke pintu surga. Mereka dipanggil oleh pejabat malaikat yang bertugas di sana. Di dinding belakang tergantung puluhan jam dinding seperti halnya yang terlihat di bandara. Namun, ada perbedaan dengan jam di dunia. Bila jam di dunia menunjukkan waktu yang berbeda-beda di kota tujuan, jam dinding di akhirat ini tidak seperti itu, karena putaran kecepatannya berbeda-beda.
Salah seorang yang bingung bertanya pada malaikat, “Mengapa jam dinding di akhirat seperti ini?”
“Oh itu,” jawab malaikat, “jam yang tergantung itu menunjukkan tingkat kejujuran pejabat pemerintah yang ada di dunia sewaktu Anda hidup. Semakin jujur pemerintahan negara Anda, jam negara Anda di sini semakin lambat. Semakin korup, maka semakin cepat pula putarannya.”
Rombongan manusia itu mulai memerhatikan jam dinding itu, dan mencari-cari.
“Hei, coba lihat,” kata salah seorang, “jam Philipina berputar kencang, berarti memang benar Marcos banyak korupsi.”
“Itu lagi, itu lagi,” seru yang lainnya. “Jam Kongo, negaranya Mobutu Seseseko berputar tidak kalah cepat dari jam Philipina.”
Manusia-manusia itu terlihat menikmati pemandangan dan pengetahuan baru yang mereka lihat.
Namun, mereka mencari-cari di mana gerangan jam Indonesia. Salah seorang dari mereka memberanikan diri bertanya pada malaikat, “Ngomong-ngomong, di mana gerangan jam Indonesia?”
Sambil tersenyum, sang malaikat menjawab, “Oh, jam Indonesia… Kami taruh di dapur. Lumayan, sangat cocok dijadikan kipas angin.”
Thanks for reading ^_^
Sumber:
buku Abu Nawas Dihukum Mati, 2005, karya Safrie HS.
PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar